Minggu, 10 Oktober 2010

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM (ILMU PENDIDIKAN ISLAM)


PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN 
PENDIDIKAN ISLAM

I.                  PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia berwatak sosiolistik-religius yang bercita-cita meraih kehidupan yang seimbang, serasi, dan selaras antara kehidupan bathiniah, mental spiritual dengan kehidupan lahiriyah, fisik materiil, dimana nilai nilai keagmaan menjadi dasar atau sumber motivasinya. Tuntunan agama islam pada khususnya sejak awal penyebarannya di dunia ini telah mengajak dan mendorong umat manusia agar bekerja keras mencari kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Antara etos kerja keras untuk duniawi dan ukhrowinya tidak boleh dipisahkan, melainkan menjadi etos kerja terintegrasikan satu sama lainnya saling berkaitan secara continue, termasuk etos ilmiah yang mendorong  kearah pengembangan ilmu pengetahuan  dan teknologi.
Etos keilmuan di dunia islam, sejarah menyebutkan bahwa islam pada keemasannya dari abad ke-8 M sampai pada abad ke-14 M, pada masa bani Umayyah dikawasan Timur tengah, Afrrika utara, dan Spanyol, islam benar-benar mampu mendorong kemajuan dalam bidang filsafat, ilmu, teknologi sehingga peraaban islam  menampakkan karakteristiknya dalam perkembangan nilai-nilai intrisik dan ekstrinsik dalam konfigurasinya yang islami  dalam rentangannya yang luas.
Islam mengajarkan kita (manusia) untuk berfikir secara kritis, analitis, dan sintesis tentang ciptaan Allah yang ada dilangit, dikawasan planet-planet, dibumi dengan kandungan isi kekayaannya. Dalam berfikir atau memikirkan tentang fenomena ciptaanNya tersebut juga harus dibarengi dengan dzikir kepadaNya, hal ini berdasar pada AlQur’an QS. Ali Imron ayat 190-191. adalah suatu bukti bahwa alqur’an secara nyata memberikan dorongan kepada manusia agar menganalisis dan mengembangkan ilmu dan teknologi bangunan dari besi dan tembaga, serta teknologi transportasi yang mampu berjalan dengan kecepatan tinggi yang sekarang diwujudkan menjadi kapal tebang supersonic dan pesawat ruang angkasa dan sebagainya.

Prof. Alzalurrahman dan Prof. Dr. Maurice Bucaille mengatakan bahwa kitab suci alqur’an memberi dorongan  daya cipta umat manusia dalam berfikir dan menganalisis serta mengembangkan fenomena semesta alam ciptaan Allah yang bergerak  secara sistematis dan bertujuan itu, menjadi benda-benda atau alat-alat  teknologi tepat guna bagi kesejahteraan hidup manusia  sejak dari ilimu dan teknologi pertanian, irigasi, botani, perkebunanbiokimia, arsitektur, arkheologi, astronomi, fisika, matematika, sampe pada teknologi luar angkasa dan kedokteran.
Dalam pendidikan islam yang tugas utamanya adalah menelaah dan menganalisis serta mengembangkan pemikian, informasi, dan fakta-fakta kependidikan yang sebangun dengan nilai-nilai ajaran islam harus mampu mengetengahkan perencanaan progam-progam dan kegiatan-kegiatan operasioanal pendidikan terutama yang berkaitan dengan pengembangan keagamaan umat.

II.               PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
A.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISAM
Suatu usaha pendidikan yang dilaksanakan oleh manusia merupakan upaya penanaman benih baru, atau suatu transformasi dan pengembangan bakat seseorang melalui proses psikologis, yaitu suatu proses yang dikembangkan dengan mengisi bagian-bagian otak seseorang dengan masukan-masukan aau rangsangan ang menimbulkan impulse kognitif, afektif, dan motoris. Aspek kognitif dan afektif yang terdapat pada manusia, khususnya melalui pendengaran (informasi, pengajaran, atau pendidikan), penglihatan, (pengenalan akan fakta, proses asosiasi atau berfikir, dan penyusunan konsepsi), serta perasaannya dapat sampai kepada terbentuknya suatu tanggungjawab kepada Tuhan Yang maha Esa. Dengan perkataan lain, kapasitas manusia yang mempunyai kemungkinan untuk dididik dan kemungkinan untuk belajar secara induktif dapat melaksanakan tanggungjawabnya kepada Tuhan.
Agama islam yang diwahyukan kepada Rosulullah Muhammad Saw. Mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmad bagi sekalian alam. Dalam agama islam terkandung suatu potensi yang mengacu kepada kedua fenomena perkembangan yaitu :
1.      Potensi Psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi pribadi yang berkualitas baik dan menyandang derajad mulia melebihi mahluk-mahluk lainnya.
2.      Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai kholifah di muka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsive terhadap lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang alamiah maupun yang ijtimaiah, dimana Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.
Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi tersebut, diperlukan ihtiyar kependidikan yang sistematis berencana berdasarkan pendekatan dan wawasan yang inter disipliner. Karena manusia semakin terlibat kedalam proses perkembangan social itu sendiri menunjukkan adanya interelasi dan interaksi dari berbagai fungsi.

B.     POLA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
Sistem pendidikan islam di Indonesia sudah berkembang seja abad pertama islam dating ke aindonesia sekitar 614 M, sebagaimana diuraikan oleh Thomas Arnold dalam bukunya The Preacing Of Islam. Seperti halnya Negara-negara lain, system pendidikan dalam islam dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh aliran atau paham keislaman (paham ahlus sunnah waljama’ah, mu’tazilah, ajaran Abul Hasan Ali Al-Asy’ary dan tasawuf), maupun oleh keadaan dan perkembangan system pendidikan barat.
Pengaruh system pendidikan barat tehadap system pendidikan islam terbukti mengakibatkan tidak hanya pendidikan islam tidak lagi berorientasi sepenuhnya pada tujuan islam (yaitu untuk membentuk manusia takwa yang melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah) tetapi juga tidak mencapai tujuan pendidikan barat yang bersifat sekuler.
Sementara system pendidikan islam modern berada pada taraf ambi valensi, system pendidikan pesantren makin merasakan adanya kekurangan dalam progam pendidikannya. Artinya  mereka merasakan adanya kekurang efektifan untuk melahirkan ahli-ahli ilmu agama. Sedangkan di bidang mua’amalah (ibadah dalam arti luas) yang mencakup penguasaan berbagai disiplin ilmu dan ketrampilan seolah-olah merupakan kekhususan garapan system pendidikan sekuler.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan islam di Indonesia adalah adalah berdasar pada Al-qur’an dan As-sunah (hukum tertulis), hukum yang tidak tertulis, serta hasil pemikiran manusia tentang hukum-hukum tersebut. Antara lain seperti pancasila, UUD 45, serta ketentuan pelaksanaanya.

C.     PENDEKATAN SISTEM DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
Dalam pengembangan pendidikan, pada dasarnya merupakan upaya berencana sehingga mampu merekayasa terbentuknya sumber daya manusia yang cerdas. Untuk mencapai tujuan itu, kita harus melihat hal-hal sebagai berikut ;
1.      Materi kurikulum
Isi kurikulum yang memprasaranai terbentunya manusia cerdas, seperti mata pelajaran IPA, matematika, serta Bahasa harus memperoleh bobot, cakupan, dan sistematik yang serasi dengan tingkat kematangan peserta didik sehingga kematangan dan perkembangan intelektualnya merupakan potensi yang dapat dikembangkan, baik oleh proses pendidikan selanjutnya maupun oleh pengalaman dalam hidupnya.
2.      Manusia Indonesia Seutuhnya
Dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya yang diperlukan adalah manusia yang bukan hanya cerdas, melainkan sekaligus memiliki kemampuan dan ketrampilan yang secara integral menyatu dengan kualitas iman dan kemampuan takwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu dapat diukur bukan hanya oleh kepribadian yang mantap dan mandiri, melainkan juga oleh budi pekerti yang luhur serta jasmani dan rohani yang sehat dan tampak pada ketangguhannya melaksanakan tanggungjawab kemasyarakatan dalam kebangsaan.
3.      Kurikulum yang integral
Pengembangan pendidikan yang berhasil dapat diawali oleh suatu proses pendidikan dan pengajaran yang kurikulumnya secara integral memiliki cakupan yang terdiri atas buti-butir isi dalam disiplin ilmu dan ketrampilan yang dapat membentuk kompetensi-kompetensi tetentu dalam satu sistem yang utuh walaupun komponenya secara transparan berbentuk berbagai macam disiplin ilmu dan teknologi. Setruktur kurikulum yang secara difensial menggambarkan disiplin ilmu yang terpisah-pisah, tidak hanya terlalu kognitif, tetapi juga secara ilmiah tidak menggambarkan praksis kultur yang merupakan perilaku individual atau social yang sebenarnya.
4.      Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
Sumber daya manusia yang berkualitaslah yang merupakan potensi penunjang suatu proses peningkatan kualitas masyarakat. Dengan demikian lulusan pendidikan tinggi, dengan kecanggihan ilmu dan teknologi yang dikuasainya harus memberikan dampak yang lebih tinggi, lebih efisien dan lebih professional dalam membantu memberikan masukan maupun menjadi pelaku rekayasa peningkatan kualitas masyarakat tersebut.
Kualitas SDM yang seperti itu tidak hanya dapat diukur relevansinya secara internal, yaitu berdasarkan kecocokan  kualitasnya dengan system pendidikan. Demikian juga harus memungkinkan kualitas tersebut dapat diukur secara eksternal. Yaitu sesuai atau tidaknya  dengan kebutuhan masyarakat, dalam dunia ekonomi, industri, budaya, maupun yang lainnya. Juga tidak kalh penting, adalah relevansinya dapat diukur dengan kesanggupannya untuk beraing secara internasional.
5.      Masalah dan alternatife penyelesaian
Dalam penyelenggaraan pendidikan tentu tidak lepas dari permasalaha, karena implikasinya tidak hanya berkaitan dengan progam pendidikan tetapi juga meliputi pengadaan dan pengembangan sarana personal dan sarana lain yang sesuai dengan strategi  pendekatan ini. Masalah lain yang mungkin dihadapai adalah masalah penyesuaian atau bahkan pengatisipasian isi kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan ilmu dan teknologi pada saat ini dan pada saat lima atau sepuluh tahu berikutnya. Bagaimanapun proses perencanaan selalu membutuhkan waktu yang cukup panjang, mungkin sampai lima tahun ditamabah dengan masa uji coba dilapangan yanga sudah pasti membutuhkan banya waktu. Akumulasi waktu yang dipakai perencanaan dan uji coba sama dengan waktu yang hilang dalam penyesuaian kurikulum dengan perkembangan yang tejadi. Oleh karena itu, tidak benar jika kita beranggapan bahwa keluaran sekolah umum harus siap pakai. Yang tepat adalah anggapan bahwa lulusan k\sekolah umum khususnya pendidikan tingkat menengah harus siap melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dengan demikian, dapat diukatakan bahwa pendekatan melalui setrategi perkembangan pendidikan dalam pembangunan menuju bangsa yang mandiri harus menjamin kemungkinan peningkatan mutu dan taraf hidup bangsa yang berkelanjutan pada kemungkinan dikembangkannya kultur nasional yang menikan harkat dan martabat manusia Indonesia. Upaya tersebut merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Penyesuaiaan kurikulum dalam proses pendidikan dilakukan teus-menerus sehingga tidak hanya memungkinkan terjadinya penyesuaian dengan tingkat perkembangan mutahir, tetapi dapat sekaligus mampu mengantisipasi kemungkinan perkembangan dimasa yang akan datang. Artinya proses perkembangan harus mendorong terjadinya proses perkembangan epistimologi ilmu dan teknologi yang berkohesi dengan fungsi dan manfaatnya bagi manusia dan kemanusiaan.

III.           KESIMPULAN
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ;
Pendekatan dalam system pembelajaran dapat melalui beberapa aspek yeng perlu diperhatikan dan dilakukan yaitu : mulai dari mater kurikulum, manusia / masyarakat seutuhnya, kurikulum yang integral, kualitas SDM, mengenali masalah dan alternative penyelesaiaannya.

IV.            PENUTUP
Puji syukur atas segala petunjuk dariNya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dan kami hadirkan kepada pembaca sekalian. Tentu dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan dan jauh dari sempurana/ harapan. Itu semua kare keterbatasan kami (penulis) dalam hal wawasan dan keilmuan kami. Kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk membangun penulisan kedepan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

·                    H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta 2008
·                    Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, Gema Insani Perss, Jakarta 1995
·                    Abdullah, Taufik, Islam di Indonesia, Tintamas, Jakarta 1974

Tidak ada komentar: