Jumat, 15 Oktober 2010

MANAJEMEN DAN PERENCANAAN KURIKULUM DI MADRASAH


I.                   PENDAHULUAN
Perlu kita ingat kembali bahwasanya manjemen pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relative tergolong muda, sehingga kita tidak merasa aneh apabila mungkin dari kita ada yang belum mengenal cabang ilmu ini. Istilah lama yang sering didengar adalah “administrasi”. Pada tahun 2005 di UNY pada jurusan administrasi pendidikan (FIP), mulai berganti dengan manajemen pendidikan. Bagi sebuah organisasi, manajemen merupakan kunci sukses karena sangat menentukan kelancaran kinerja organisasi yang bersangkutan.  Terkadang sering kita mendengar keluhan-keluhan yang sering muncul dimasyarakat tentang  layanan sebuah organisasi swasta maupun pemerintah seperti halnya :
-         urusan lambat karena manajemennya buruk
-         agar usahanya dapat maksimal, manajemennya diperbaiki dulu.
-         Koperasi X itu kacau karena mismanagement, artinya salah urus.
dan banyak contoh yang lain yang merupakan pernyataan yang menunnjukkan penyebab kesalahan adalah terletak pada manajemen.

Untuk menyegarkan ingatan kita kembali tentang apa itu manajemen, maka akan kami jelaskan kembali pengertian manajemen, seperti yang dikemukakan oleh Leonard D. White Manajemen adalah segenap proses, biasanya terdapat pada semua kelompok baik usaha Negara, pemerintah atau swasta, sipil atau militer secara besar-besaran atau secara kecil-kecilan.
Sedangkan menurut The Liang Gie, Manajemen adalah segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam aplikasinya manajemen mempunyai beberapa fungsi mulai dari, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, dan sampai dengan pengawasan.
Demikian halnya dalam organisasi sekolah atau satuan pendidikan perlu adanya sebuah manajemen untuk mengatur dan menata demi tercapainya visi dan misi organisasi sekolah tersebut.

II.                PENGERTIAN KURIKULUM
Banyak definisi tentang kurikulum antar satu dengan yang lainnya, karena dasar filsafat yang dianut berbeda-beda.  Walaupun demikian ada kesamaan satu fungsi yaitu bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya “currere” yang artinya adalah lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas start dan ada batas finish. Sehingga dalam lapangan pendidikan sudah ditentukan secara pasti batasan dari mana mulai diajarkan dan kapan dikahiri, dan bagaiman cara menguasai bahan agar dapat mencapai gelar.
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha, menigkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Kurukulum itu sendiri dapat dipahami dengan arti sempit sekali, sempit, dan luas.
v     Dalam arti sempit sekali adalah jadwal pelajaran
v     Dalam arti sempit adalah semua pelajaran baik toeri maupun praktek yang diberikan kepada sisaw selama mengikuti suatu proses pendidikan tertentu.
v     Dalam arti luas adalah semua pengalaman yang diberikan oleh lembaga pendidikan kepada anak didik selama mengikuti pendidikan. Dengan pengertian ini maka pengaturan halaman sekolah, penempatan keranjang sampah, ketatnya disiplin sekolahdijalankan ikut termasuk dalam cakupan kurikulum karena  semuanya itu akan menghasilakn suatu yang tercermin pada lulusan.

Kurikulum merupakan progam pendidikan, bukan progam pengajaran. Yaitu progam yang direncanakan, diprogamkan dan dirancanagkan yang berisi bberbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu yang lalu, sekarang maupun yang akan dating. Kesemuanya tersebut direncanakan secara sistematik, artinya direncanakan dengan memperhatikan keterlibatan berbagai factor pendidikan secara harmonis. Berbagai bahan ajar yang dirancang harus sesuai dengan norma-norma yang beerlaku, harus sesuai dengan pancasila, UUD 45, GBHN, UU SISDIKNAS, PP. No. 27 dan 30, adat istiadat dan sebagainya.  Yang mana progam tersebut akan dijadikan sebagai pedoman bagi tenaga pendidik maupun peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar dapat mencapai cita-cita yang diharapkan sesuai dengan yang tertera pada tujuan pendidikan.
Sehingga kurikulum adalah : suatu progam pendidikan yang berisi berbagai bahan ajar dan belajar yang diprogamkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut UU. Sisdiknas tahun 1989 pada bab I pasal 1 bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peratuaran mengenai ini dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar.
Ada beberapa unsur dalam definisi kurikulum diantaranya sbb :
1.      seperangkat rencana
2.      Pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
3.      Pengaturan cara yang digunakan
4.      sebagai pedoman kegiatan belajar mengajar
menurut Hilda taba,dia mengelompokkan isi dari kurikulum menjadi 4 kelompok, yakni :
o       Tujuan
o       Isi
o       Pola belajar mengajar
o       Evaluasi
Sehingga menurut Ralph W. Tyler, jika orang ingin membuat atau menilai kurikulum, maka perhatiannya tentu tertuju pada 4 (empat) pertanyaan, yaitu :
1.      Apa tujuan pengajaran?
2.      Pengalaman belajar apa yang disiapkan untuk mencapai tujuan?
3.      Bagaimana pengalaman belajar itu dilaksanakan?
4.      Bagaimana menentukan bahwa tujuan telah dicapai?

III.             MANAJEMEN PERENCANAAN KURIKULUM
Disamping perencanaan yang merupakan tujuan pendidikan dan susunan bahan pelajaran, pemerintah pusat mengeluarkan pedoman-pedoman  umum yang harus diikuti oleh sekolah untuk menyusun perencanaan yang sifatnya operasional di sekolah, pedoman tersebut antara lain berupa :
  1. Struktur progam
Struktur progam adalah susunan bidang pelajaran yang harus dijadikan pedoman pelaksanaan kurikulum disuatu jenis dan jenjang sekolah. yakni terkait dengan komponen jenis-jenis progam pendidikan, bidang studi untuk masing-masing jenis progam, satuan waktu pelaksanaan (semester/ semesteran), alokasi waktu untuk tiap bidang studi tiap satuan waktu pelaksanaan, dan jumlah jam pelajaran per minggu.
  1. Penyusunan jadwal pelajaran
Yang dimaksud dengan jadwal pelajran adalah urut-urutan mata pelajaran sebagai pedoman yang harus diikuti dalam pelaksanaan pemberian pelajaran. Jadwal bermanfaat sebagai pedoman bagi guru, siswa, maupun kepala sekoal.
  1. Penyusunan jadwal pelajaran
Menyusun rencana kerja sekolah untukm selama 1 tahun merupakan bagian manajemen kurikulum terpenting yang harus sudah tersusun sebelum ajaran baru. Yang disebut kalender akademik, kalender pendidikan, atau kalender sekolah. seperti yang tertuang dalam lampiran keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan tanggal 15 Oktobeer 1976 no. 0255/ U/ 1976 tujuan penyusunan kalender akademik adalah agar pengunaan waktu selama satu tahun terbagi secara merata dan sebaik-baiknya dari peningkatan mutu pendidikan.
  1. Pembagian tugas guru
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembagian tugas guru adalah sbb:
o       bidang keahlian yang dimiliki oleh guru
o       system guru kelas dan system guru bidang studi
o       formasi, yakni susunan jatah petugas sesuai dengan banyak dan jenis tugas yang akan dipikul.
o       Bahan tugas guru mennurut ketentuan yaitu 24 jam per minggu
o       Kemungkinan adanya perangkapan tugas mengajar mata pelajaran lain jika masih kekurangan guru
o       Masa kerja dan pengalaman mengajar guru dalam bidangnya.
  1. Pengaturan atau penempatan siswa dalam kelas
Pengaturan siswa menurut kelasnya sebaiknya sudah ditentukan bersama waktu dengan pendaftaran ulaang siswa.
  1. Pengaturan atau penempatan siswa dalam kelas
Langkah pertama yang dilakukan guru saat menerima tugas untuk tahun ajaran baru adalah mempersiapkan segala sesuatu agar apa biala sudah sampai saatnya mengajar tinggal memusatkan perhatian pada lingkup yang khusus  yaitu interaksi belajar mengajar.
Terdapat banyak langkah-langkah perencanaan kurikulum dilakukan oleh para ahli, diantaranya :
  1. Fondation of education planning, Unesco 76
a.       Tahap perencanaan
o       Diagnosis system
o       Formulasi tujuan
o       Perkiraan sumber
o       Perkiraan target
o       Constrains
b.      Formulasi rencana
c.       Elaborasi rencana
d.      Evaluasi/ revisi
  1. Model Ralph Tyler 1950
a.       Menentukan tujuan
b.      Memilih pengalaman-pengalaman pendidikan
c.       Mengorganisir no. b
d.      Cara mengevaluasi
  1. Model D.K Wheeler 1967
a.       Menentukan tujuan
b.      Memilih pengalaman pendidikan (belajar)
c.       Menentukan materi pelajaran
d.      Organisasi dan integrasi no b dan c
e.       Evaluasi terhadap efektifitas pada no b, c, d dalam pencapaian no. a.



IV.              MANAJEMEN PELAKSANAAN KURIKULUM
Yang dimaksud dengan pelaksanaan kurikilum disini adalah pelaksanaan mengajar di kelas yang berkali-kali telah disebut merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. pelaksanaan mengajar dikelas, guru menyempatkan perhatian pada interaksi belajar mengajar, juga meliputi ruang, dan aktivitas dalam kelas, dan hal ini sudah dilakukan semenjak memasuki ruang kelas. Maka secara manajemen, selama guru dalam ruang kelas terbagi menjadi 3 (tiga) tahap yaitu :
  1. Persiapan
Tahap persiapan adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru sebelum memulai mengajar, antara lain mengerjakan :
-         mengucapkan salam atau selamat pagi dan meletakkan alat-alat mengajar dimeja.
-         Memperhatikan kondisi disekeliling kelas, apakah ada kondisi yang mengganggu proses belajar mengajar.
-         Melakukan absensi
-         Memeriksa apakah siswa sudah siap dengan catatan dan sudah tidak ada lagi barang-barang atau buku lain yang dipegang.
  1. Pelaksanaan pelajaran
Pelaksanaan pelajaran adalah kegiatan mengajar sesungguhnya yang dilakukan oleh guru dan sudah ada interaksi langsung dengan siswa mengenai pokok bahasan yang diajarkan. Dalam pelaksanaan ini juga terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan :
-         Pendahuluan
Mulai mengajar dengan mengerahkan perhatian untuk masuk ke pokok bahasan, misal misal dg memberikan apersepsi atau mengajukan pertanyaan dsb.
-         Pelajaran inti
Interaksi belajar mengajar yang terjadi dimana selama guru, siswa membahas pokok bahasan yang menjadi acara pada jam itu.
-         Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan oleh guru setelah selesai pembahasan pelajaran inti. Penutupan ini dapat dilakukan dengan, membuat ringkasan, mengajukan pertanyaan, memberikan evaluasi formatif, memberi tugas rumah dsb.
  1. Penutupan
Yaitu kegiatan yang terjadi di kelas setelah guru selesai melaksanakan tugasnyamengajarkan materi yang menjadi tanggung jawabnya pada pertemuan tersebut.
Kegiatan manajemen kurikulum yang dilaksanakan oleh guru pada waktu pelaksanaan pelajaran ada 2 (dua) yakni :
a.       Pengisian buku kemajuan siswa
buku ini disebut juga buku kelas adalah buku yang digunakan untuk mencatat kemajuan (progress) pelaksanaan pelajaran
b.      Pengisian buku bimbingan belajar
buku ini di isi guru yang berisi tentang hal-hal mengenai kesulitan perseorangan atau kelompok maupun klasikal serta pemecahan yang telah dicobakan. Catatan ini penting sekali untuk memperbaiki cara mengajar untuk masa yang akan dating apalagi untuk kasus yang sama.

V.                 PERKEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum mulai dengan kurikulum 1975, kemudian diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti dengan kurikulum 1994, kemudian pada tahun 2004 diganti dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) , kemudian pada tahun 2007 diganti dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)


KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilakukan dimasing-masing satuan pendidiukan. KTSP memberi ruang yang luas bagi satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Setiap satuan pendidikan diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sendiri-sendiri, sehingga kurikulum antara satuan pendidikan yang satu dengan yang lain tidak harus sama. Sekolah/madrasah akan mengembangkan sesuai dengan konteks dan karakteristik masing-masing.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Indonesia menganut pengertian kurikulum dalam arti yang luas. Diatur dalam pasal 1 bahwa yang dimaksud dengan Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ini berarti bahwa rumusan kurikulum yang dibuat mengandung dua hal. Pertama, kurikulum harus berisi tujuan ( visi, misi, dan tujuan) yang menjadi arah pendidikan. Kedua, selain berisi tujuan, kurikulum juga sekaligus berisi pengaturan isi/muatan yang akan digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Ketiga, kurikulum berisi pedoman penyelenggaraan/ proses sebagai cara untuk mencapai tujuan.
Siklus Pengembangan Kurikulum (KTSP)
KTSP dapat diimplementasikan dengan baik apabila dikelola sesuai dengan fungsi manajemen pembelajaran. Siklus pengembangangan kurikulum mencakup tahap (1)Perencanaan, (2)Pelaksanaan (implementasi), (3)Monitoring, dan (4)Evaluasi.
Siklus pengembangan kurikulum secara umum tersebut dijadikan landasan dalam proses pengembangan KTSP di madrasah. Siklus pengembangan kurikulum di madrasah mencakup:
1.      Analisis kebutuhan
2.      Perencanaan
3.      Perencanaan isi/muatan kurikulum
4.      Perencanaan cara menyelenggarakan
5.      Implementasi
6.      Monitoring
7.      Evaluasi dan tindak lanjut. Tindak lanjutnya  berupa perencanaan kembali KTSP yang lebih sesuai.
Di tingkat satuan pendidikan, siklus pengembangan kurikulum KTSP dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan madrasah masing-masing. Misalnya : madrasah melakukan pengembangan kurikulum dalam waktu 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, dan seterusnya.)
KTSP terdiri atas :
KTSP dokumen I yang  berisi :
-         pendahuluan
-         tujuan tingkat satuan pendidikan
-         visi dan misi madrasah
-         tujuan madrasah
-         struktur dan muatan kurikulum
-         dan kalender pendidikan.
KTSP dokumen II  yang berisi : Silabus semua mata pelajaran yang telah ditetapkan pada struktur kurikulum di KTSP dokumen I .
Kepala madrasah, guru, pengawas, komite madrasah, dan Dinas/Depag diharapkan berperan aktif untuk mengembangkan KTSP, baik dokumen I maupun II. Perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi kurikulum (KTSP) melibatkan semua unsur tersebut secara simultan. Ini penting karena kurikulum baru telah mengalihkan tanggung jawab mengembangkan kurikulum pada madrasah-madrasah
VI.              PENUTUP
Alhamdulillah rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehingga dengan segala daya dan upaya penulis dapat menghadirkan makalah ini
Apa yang kami utarakan didalam makalah  ini hanyalah merupakan sebagian kecil dari dari topik pembahasan dari tugas yang kami dapat, dan dalam pembahasan kami tentu banyak yang belum dapat kami bahas.
Harapan kami, mudah-mudahan melalui makalah ini sedikit dapat diambil menjadi manfaat oleh para pembaca sekalian, dan kami mengahturkan maaf bila apa yang kami hadirkan masih jauh dari sempurna.




DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Aditia Media, Yogyakarta, 2009
Prof. Drs. H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2004
DR. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 2001
http://eduzona.blogspot.com/2010/03/siklus-pengembangan-ktsp.html
http://mtsnu1.buntetpesantren.org/konsep-dan-implementasi-ktsp-di-madrasah

Rabu, 13 Oktober 2010

PENDEKATAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


PENDEKATAN METODE PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

I.                   PENDAHULUAN
Bila kita berbicara tentang ruang lingkup pendidikan agama islam, maka akan dikemukakan beberapa bidang pembahasan pengajaran agama itu sudah menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri di perguruan agama. Tentu saja seharusnya sudah mempunyai metode-metode khusus untuk masing-masing pelajaran yakni (Fiqih, Aqidah, Akhlaq, SKI, Al-qur’an). Jumlah mata pelajaran mungkin bisa saja bertambah/ dipecah dan mungkin digabung. Tetapi prinsip pokok dan sumber tidak akanmengalami perubahan, karena wahyu dan sabda Rosulullah tidah akan bertambah lagi, yang bertambah adalah bidang studi dari segi pengelompokannya serta pembahasannya.
Dalam praktek dilapangan, problem yang selalu menghantui pikiran kita adalah dapatkah metode-metode pengajaran yang ada diterapkan atau dijadikan sebagai alat Bantu untuk mencapai tujuan pendidikan agama? Oleh karena itu untuk mengukur sampai dimana efektifitas metode-metode dalam pencapaian tujuan pendidikan agama, seyogyanya kita bisa lebih mengenal macam-macam metode yang ada, yang tiap-tiap metode tersebut dapat kita nilai dengan dasar kriteria, (1) bagaimana sifat dan ciri-ciri metode tersebut? (2) kapan metode tersebut dapat digunakan? (3) apakah segi kebaikan/ positifnya? (4) apakah segi kekurangannya/ negatifnya? (5) saran-saran perbaikan. Juga termasuk masalah yang seringkali dijumpai dalam pengajaran, adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik, sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien, sehingga pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, serta kondisi dimana pengajaran berlangsung. Sehingga bila ditinjau lebih jauh, sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada factor tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru serta sarana dan prasarana yang digunakan. Maka selanjutnya dalam makalah ini akan kami jelaskan lebih mendalam yang berkaitan dengan metode-metode pengajaran dalam pendidikan agama islam.

II.                PENGERTIAN
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Sedang menurut kamus bahasa Indonesia Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang/ mahluk belajar.
Dalam literature ilmu pendidikan, khususnya ilmu pengajaran, dapat ditemukan banyak metode mengajar.  Dari literature barat, dapat diketahui banyak metode mengajar, seperti metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, sosiodrama dan bermain peran, pemberian tugas dan resitasi dll. Di Indonesia Metode ini banyak sekali dan akan bertambah terus sejalan dengan kemajuan perkembangan teori-teori pengajaran. Metode mengajar disebut metode umum, karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada umumnya. Biasanya studi tentang mengajar umum disebut dengan menggunakan istilah metode pengajaran.
Sebenarnya untuk kepentingan pengebangan teori-teori pendidikan islam, masalah metode tidaklah terlalu sulit, metode-metode mengajar yang dikembangkan di barat dapat saja digunakan atau diambil untuk memperkaya teori tentang metode pendidikan islam.

III.             MACAM-MACAM METODE
Tugas seorang guru adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar-mengajar. Ketepatan penggunaan metode, sangat bergantung kepada tujuan, isi p[roses belajar mengajar, dan kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar yang baik, hendaknya mempergunakan jenis metode mengajar secara bergantian atau saling membantu satu sama lain, karena masing-masing metode ada kelemahan dan kelebihannya.
Berikut 5 (lima) metode pembelajaran yang kerap digunakan dalam pembelajaran sebagai berikut :
  1. Metode ceramah
Menurut Zuhairini dkk, metode ceramah adalah suatu metode didalam pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada peserta didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.
Sedang menurut Winarno Suracmad, metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan oleh seseorang terhadap kelompok pendengar, dalam pelaksanaannya sebuah interaksi dalam penuturannya misalnya penceramah dalam mempergunakan alat Bantu untuk menjelaskan uraiannya, tetapi alat utama perhubungan dengan kelompok pendengar adalah bahas lisan.


  1. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa/ kelompok siswa untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah. Forum diskusi bisa diikuti oleh semua siswa didalam kelas, juga dapat dibentuk kelompok kelompk diskusi lebih kecil. Yang perlu diperhatikan adalah hendaknya para siswa dapat berpartisipasi aktif di dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannya, maka semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari.
  1. Metode demonstrasi dan eksperimen
Metode demonstrasi adalah salah satu metode untuk membelajarkan siswa untuk melihat apa yang dikerjakan oleh guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar guru dengan menunjukan atau memperlihatkan suatu proses sehingga siswa dapat melihat, mengamati, mendengar, meraba, dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru.
Metode eksperimen adalah metode pengajaran dimana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari pada yang diketahui.
  1. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian proses pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaanya.
  1. Metode pemberian tugas.
Metode pemberian tugas (resitasi) sering disebut metode pekerjaan rumah, adalah metode dimana murid/ siswa diberi tugas khusus diluar jam pelajaran. Sebenarnya penekanan metode ini terletak pada jam pelajaran berlangsung, dimana siswa disuruh untuk mencari informasi atau fakta berupa data yang dapat ditemukan di laboratorium, perp[ustakaan, pusat sumber belajar dan lain-lain.
Menurut Dr. Winarno Suracmad, dia mengemukakan ada beberapa metode mengajar didalam kelas yakni :
-         Metode ceramah
-         Metode Tanya jawab
-         Metode diskusi
-         Metode pemberian tugas
-         Metode Demonstrasi dan eksperimen
-         Metode bekerja kelompok
-         Metode Sosiodrama dan bermain permainan
-         Metode karya wisata
-         Metode drill (latihan siap)
-         Metode system regu (team teaching)
Sedang menurut Abdurrahman Saleh, dia mengemukakan beberapa metode yang hamper sama yakni :
-         Metode ceramah
-         Metode Tanya jawab
-         Metode diskusi
-         Metode demonstrasi
-         Metode sosiodrama
-         Metode pemberian tugas
Dalam pembinaan rasa beragama, menurut Al-Nahlawi, metode untuk menanamkan rasa iman ialah dengan sbb :
  1. Metode hiwar (percakapan) Quroni dan Nabawi
Hiwar adalah percakapan silih berganti antar dua pihak atau lebih mengenai suatu topic dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki (dalam hal ini guru). Hiwar mempunyai dampak yang dalam bagi pembicara maupun pendengar pembicaraan tersebut.
  1. Metode kisah Quroni dan nabawi
Dalam pendidikan islam, terutama pendidikan agam kisah sebagai metode yang amat penting, karena :
o       kisah selalu memikat karena mungundang pendengar/ pembaca untuk selalu mengikuti kisahnya dan merenungkan maknanya.
o       Kisah quroni dan nabawi dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh yang konteksnya yang menyeluruh
o       Kisah quroni dan nabawi mendidik perasaan keimanan , kisah qurani bukan hanya semata kisah atau semata-mata karya seni yang indah, ia juga suatu cara Tuhan mendidik umat agar beriman kepadaNya.
  1. Metode Amtsal (perumpamaan) Quroni dan nabawi
Dalam surat Al-ankabut ayat 41, Allah mengumpamakan sesembahan atau Tuhan orang kafir dengan sarang laba-laba :
“perumpamaan orang yang berlindung kepada selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah, padahal rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba”.
Cara seperti ini juga dapat digunakan seorang guru untuk mengajar.
  1. Metode keteladanan
Murid-murid cenderung meneladani pendidiknya, ini diakui oleh semua ahli pendidikan, baik dari barat maupun dari timur. Karena secara psikologis anak memang senang meniru.
  1. Metode pembiasaan
Uraian tentang pembiasaan selalu menjadi satu dengan uraian tentang perlunya mengamalkan kebaikan yang telah diketahuai. Pembiasaan pada dasarnya pada pengalaman. Sehingga pada intinya adalah pengulangan. Contoh saja setiap masuk kelas mengucapkan salam.
  1. Metode ‘ibrah dan mau’izah
Ibrah dan I’tibar ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya. Sedang mau’izah adalah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
  1. Metode targhib dan tarhib
Targhib adalah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai  bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa ang dilakukan. Yang tujuannya adalah agar mematuhi aturan Allah.

IV.              FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN METODE
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang harus diperhatikan dalam penetapan metode yang akan digunakan sebagai alat dan cara dalam penyajian bahan pengajaran, yaitu sbb :
1.      Tujuan intruksional khusus
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran kita mengenal adanya tujuan umum, tujuan sementara, tujuan tak lengkap, dan tujuan khusus. Tujuan umumperlu dijabarkan menjadi tujuan khusus sebab dengan demikian guru akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapainya itu dan guru akan dapat pula mempersiapkan alat-alat yang akan dipakai serta metode yang tepat yang akan digunakan.
2.      Keadaan murid-murid (peserta didik)
3.      Materi atau bahan pengajaran
Penguasaan bahan oleh guru hendaknya mengarah pada sifat spesialisasi atas ilmu atau kecakapan yang diajarkannya. Mengingat isi, sifat, dan luasannya maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan diajarkan ke dalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan.
4.      Situasi
Yang dimaksud situasi disini adalah suasana belajar atau suasana kelas. Termasuk mengenai keadaan murid, seperti lelah, semangat, keadaan cuaca, juga keadaan guru.
5.      Fasilitas
Factor fasilitas antara lain alat peraga, ruang waktu, kesempatan tempat dan alat praktikum, buku, perpustakaan dsb.
6.      Guru (Pendidik)
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda, misal ada yang kurang suka bicara, atau sebaliknya ada guru yang suka berbicara. Atau latar belakang pendidikan D2, S1, atau S2
7.      Kebaikan dan kelemahan metode.
Tidak ada metode yang jelek atau metode yang baik. Kita bisa mengatakan metode ini efektif, efisien, baik ,buruk itu bergantung dari banyak factor. Yang perlu diperhatikan guru dalam menertapkan metode ialah mengetahui batas-batas kebaikan dan kelemahan metode yang akan digunakannya. Sehingga memungkinkan ia merumuskan kesimpulan mengenai hasil penelitian/ pencapaian tujuan dari putusannya hal itu. Hal ini dapat diketahui dari cirri-ciri atau sifat umum, peranan dan manfaat yang terdapat pada setiap metode.

V.                 PENUTUP
Alhamdulillah rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehingga dengan segala daya dan upaya penulis dapat menghadirkan makalah ini
Apa yang kami utarakan didalam makalah  ini hanyalah merupakan sebagian kecil dari dari topik pembahasan dari tugas yang kami dapat, dan dalam pembahasan kami tentu banyak yang belum dapat kami bahas.
Harapan kami, mudah-mudahan melalui makalah ini sedikit dapat diambil menjadi manfaat oleh para pembaca sekalian, dan kami mengahturkan maaf bila apa yang kami hadirkan masih jauh dari sempurna.





DAFTAR PUSTAKA


H. Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama, Usaha nasional, Surabaya, 1981
Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT. Remaja
Zakiaah Darojat, dkk, Metodologi Pengajaran agama Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2001
Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Armico, bandung, 1986
Rosdakarya, Bandung, 2001
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2001
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan pengembangan, kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed II, P dan K, Balai Pustaka, 1989
Winarno Surachmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, tarsito, Bandung, 1986

Minggu, 10 Oktober 2010

PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM


PENDAHULUAN
Untuk memahami pendidikan Islam tidak bisa dilakukan hanya dengan melihat sepotong apa yang ditemukan dalam realitas penyelenggaraan pendidikan Islam, tapi mesti melihatnya dari sistem nilai yang menjadi landasan paradigmanya. Hasan Langgulung menyatakan sangat keliru jika mengkaji pendidikan Islam hanya dari lembaga-lembaga pendidikan yang muncul dalam sejarah Islam, dari kurikulum, apalagi hanya dari metode mengajar, dan melepaskan. Masalah idiologi Islam, Idiologi atau paradigma pendidikan Islam merupakan gambaran utuh tentang ketuhanan, alam semesta, dan tentang manusia yang dikaitkan dengan semua teori pendidikan Islam sehingga semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh. Sehingga diperlukan suatu upaya untuk menegaskan kembali paradigma yang diperlukan untuk mengembangkan pendidikan Islam. Dalam pelaksanaan pendidikan sebagai proses timbal balik antara pendidik dengan anak didik melibatkan faktor-faktor pendidikan guna mencapai tujuan tujuan pendidikan dengan didasari nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai tertentu itulah kemudian disebut sebagai dasar paradigma pendidikan. Istilah dasar paradigma pendidikan dimaksudkan sebagai landasan tempat berpijak atau pondasi berdirinya suatu sistem pendidikan.
DASAR PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM
Dasar paradigma pendidikan Islam identik dengan dasar Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-quran dan al-Hadis. Dari kedua sumber inilah kemudian muncul sejumlah pemikiran mengenai masalah umat Islam yang meliputi berbagai aspek, termasuk di antaranya masalah pendidikan Islam. Sebagai dasar pendidikan Islam Al-Quran dan Al-Hadis adalah rujukan untuk mencari, membuat dan mengembangkan paradigma, konsep, prinsip, teori, dan teknik pendidikan Islam. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di bumi. Karena fungsi pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik dengan kemampuan dan keahlian yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat.

AWAL KEMAJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Dalam lintasan sejarah peradaban Islam peran pendidikan ini benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga peradaban Islam menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang Jazirah Arab hingga Eropa Timur. Untuk itu adanya sebuah paradigma pendidikan yang memberdayakan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan. Kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam tidak lepas dari adanya sistem dan paradigma pendidikan yang dilaksanakan pada masa itu. Kesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat Islam ini tidak muncul secara tiba-tiba, spontan atau mendadak. Kesadaran ini muncul dari sebuah proses panjang yang dimulai pada masa awal Islam (masa Rasul Muhammad Saw.) Pada masa itu Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran pada sahabat dan pengikutnya akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat Islam untuk senantiasa menuntut ilmu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya hadis yang menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan ilmu dan orang yang memiliki pengetahuan. Setelah Muhammad wafat, para sahabat dan umat Islam secara umum tetap melanjutkan misi ini dengan menanamkan kesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan kepada generasi-generasi sesudahnya, sehingga kesadaran ini menjadi darah daging di kalangan umat Islam dan mencapai puncaknya pada abad XI sampai awal abad XIII M. Cikal bakal pendidikan Islam dimulai ketika Umar bin Khatab mengirimkan petugas khusus ke berbagai wilayah Islam untuk menjadi nara sumber bagi masyarakat Islam di wilayah tersebut. Mereka biasanya bermukim di masjid dan mengajarkan tentang Islam kepada Umat Islam melalui khalaqoh-khalaqoh majlis khusus untuk mempelajari agama dan mengkaji disiplin dan persoalan lain sesuai dengan apa yang diperlukan masyarakat.
Istitusi pendidikan Islam yang modern baru muncul pada akhir abad X M. Dengan didirikannya perguruan (universitas) Al-Azhar di Kairo. Selain dilengkapi oleh perpustakaan dan laboratorium juga sudah diberlakukan kurikulum pengajaran yang berisi disiplin-disiplin ilmu yang harus diajarkan kepada peserta didik. Kurikulum yang diajarkan adalah kurikulum yang berimbang. Makdunya selain ilmu-ilmu agama juga diajarkan ilmu-ilmu akal sepertilogika, kedokteran, geografi, matematika dsb. Istitusi pendidikan Islam yang ideal pada masa itu yang lainnya adalah madrasah Nizamiyah. Perguruan ini sudah menggunakan sistem sekolah. Artinya telah ditentukan waktu penerimaan siswa, tes kenaikan, ujian akhir sekolah, pengelolaan dana sendiri, kelengkapan fasilitas, perekrutan tenaga pengajar yang selektif, dan pemberian bea siswa untuk siswa berprestasi. Selain adanya institusi pendidikan yang memiliki kapabilitas yang tinggi, pada masa kejayaan Islam, kegiatan keilmuan benar-benar mendapat perhatian serius dari pemerintah. Sehingga kebebasan akademik benar-benar dapat dilaksanakan, kebebasan berpendapat benar-benar dihargai, kalangan akademis selalu didorong untuk senantiasa mengembangkan ilmu melalui forum-forum diskusi, perpustakaan selalu terbuka untuk umum, bahkan perpustakaan istana pun terbuka untuk umum.
PERIODE KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM
Namun setelah kejatuhan Bagdad pada tahun 1258 M, dunia pendidikan Islam pun mengalami kemunduran. Paradigma pendidikan Islam pun mengalami perubahan besar dari sebuah paradigma yang progresif dengan dilandasi keinginan menegakkan agama Allah menjadi paradigma yang sekedar mempertahankan apa yang telah ada. Tujuan akhir pendidikan dalam Islam adalah proses pembentukan diri anak didik agar sesuai dengan fitrah keberadaannya. Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia pendidikan terutama peserta didik untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Pada kejayaan Islam, pendidikan telah mampu menjalankan perannya sebagai wadah pemberdayaan peserta didik. Namun seiring dengan kemunduran dunia Islam, dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran.

KESIMPULAN
Dari gambaran kejayaan dunia pendidikan Islam terdapat beberapa hal yang dapat digunakan untuk kembali membangkitkan dan menempatkan dunia pendidikan Islam pada peran yang semestinya sekaligus menata ulang paradigma pendidikan Islam dari pasif-defensif menjadi aktif-progre intelektual senantiasa dilandasi oleh :
(1)    Pertama, menempatkan kembali seluruh aktifatas pendidikan di bawah frame work agama. Artinya, seluruh aktifitas intelektual senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai agama, di mana tujuan akhir dari seluruh aktifitas adalah upaya menegakkan agama dan mencari ridlo Allah swt.
(2)    Kedua, adanya perimbangan antara disiplin ilmu agama dan pengembangan intelektualitas dalam kurikulum pendidikan. Salah satu faktor utama dari marginalisasi dalam dunia pendidikan adalah kecenderungan untuk lebih menitikberatkan pada pengembangan ilmu non-agama, bahkan menolak kajian-kajian non-agama. Oleh karena itu, penyeimbangan antara materi agama dan non agama dalam dunia Islam adalah sebuah keniscayaan jika ingin dunia pendidikan Islam kembali survive di tengah masyarakat.
(3)    Ketiga, perlu diberikan kebebasan kepada civitas akademika untuk melakukan pengembangan keilmuan secara maksimal. Karena selama masa kemunduran Islam, tercipta banyak sekat dan wilayah terlarang bagi perdebatan dan perbedaan pendapat yang mengakibatkan sempitnya wilayah pengembangan intelektual. Dengan menghilangkan, minimal membuka kembali sekat dan wilayah-wilayah yang selama ini terlarang bagi perdebatan, maka wilayah pengembangan intelektual akan semakin luas yang tentunya akan membuka peluang lebih lebar bagi pengembangan keilmuan di dunia pendidikan Islam pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
(4)    Keempat, Mulai mencoba melaksanakan strategi pendidikan yang membumi. Artinya, strategi yang dilaksanakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan di mana proses pendidikan tersebut dilaksanakan. Selain itu materi-materi yang diberikan juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, setidaknya selalu ada materi dapat diaplikasikan dan memiliki relasi dengan kenyataan faktual yang ada. Dengan strategi ini diharapkan pendidikan Islam akan mampu manghasilkan sumber daya yang benar-benar mampu menghadapi tantangan zaman dan peka terhadap lingkungan.
(5)    Kelima, Adanya perhatian dan dukungan dari para pemimpin (pemerintah) atas proses penggalian dan pembangkitan dunia pendidikan Islam ini. Adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah akan mempercepat penemuan kembali peradigma pendidikan Islam yang aktif-progresif, yang dengannya diharapkan dunia pendidikan Islam dapat kembali mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana pemberdayaan dan pendewasaan umat.

DAFTAR PUSTAKA

Al- Maliki, M. Alawi, Prinsip-prinsip pendidikan Rasulullah, Gema Insani, Jakarta: 2002
Anam, M. Khoirul, Melacak Paradigma Pendidikan Islam (Sebuah Upaya Menuju Pendidikan Yang Memberdayakan), 2003
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Kalimah, Jakarta: 2001,
Feisal Amir Jusuf, Reorientasi Pendidikan Islam, GIP, Jakarta 1995
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2006,
Ramayulis, Asari Hasan, Dasar-Dasar Pemikiran Islam, Gema Media Pratama, Jakarta: 2001